Kapolres Wonogiri Kumpulkan Puluhan Guru dan Perangkat Desa

jateng.tribratanews.com, Wonogiri Polda Jateng – Kapolres Wonogiri AKBP Mohammad Tora, SH, SIK menegaskan, Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), hendaknya mampu tampil menjadi ujung tombak dalam penanggulangan tindak kekerasan dan pencabulan pada wanita, termasuk anak perempuan di bawah umur.
Penegasan orang pertama di jajaran kepolisian Wonogiri ini, Rabu (25/10), disampaikan saat melakukan sidak ke SD 1 Jatirejo, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Kata Kapolres, para personel Satgas PPA, termasuk di dalamnya para guru, harus menjadi garda terdepan dalam penanggulangan tindak kekerasan pada perempuan dan anak-anak.
“Anak harus mendapatkan perlindungan, untuk kita antarkan sebagai generasi penerus bangsa. Kalau sedari kecil telah dijadikan obyek kekerasan seksual, terlebih lagi bila itu dilakukan oleh oknum guru, sama saja itu merupakan tindakan biadab yang dampaknya akan menghancurkan generasi muda bangsa”, tandas Kapolres.
Beredar isu, di Kecamatan Girimarto, ada puluhan siswi SD yang dicabuli oleh oknum guru olahraganya. Mereka tidak berdaya, karena itu dilakukan oleh oknum guru yang memakai kedok pelatihan praktik olahraga. Bersamaan itu, di Kecamatan Girimarto, juga terjadi ada siswa SMP yang menghamili siswi SMA.
Sidak Kapolres AKBP Mohammad Tora tersebut, didampingi oleh Wakapolres Kompol Aidil Fitri, Kabag Ren Kompol Sayid, Kabag Sumda AKP Hadijah Sahab, Kasat Reskrim AKP M. Kariri, Kapolsek AKP LA Mani dan Kasi Propam IPTU Supardi. Untuk menyambut kedatangan Kapolres bersama rombongan, spontan dikumpulkan seluruh satgas PPA, para guru dan kepala sekolah (Kasek), Camat Suparmo beserta jajaran Forkopincam Girimarto. Mereka secara khusus mendapatkan pengarahan terkait tanggung jawab masing-masing.
Dengan penyampaian bahasa bernada ‘kebapakan’, pengarahan Kapolres sempat membuat haru para hadirin, termasuk beberapa guru mendadak ada yang menangis sesunggukan, tak kuat menahan isak tangis dan membendung tetasan air matanya. Demikian halnya dengan para personel Satgas PPA dan para perangkat desa di Kecamatan Girimarto. Anak, ibarat bunga yang harus dijaga agar dapat berkembang sesuai kodratnya. ”Jangan kemudian dibuat layu sebelum berkembang,” tegas Kapolres.
Kalau kemudian betul ada siswi SD yang dicabuli oknum gurunya, itu sama saja guru sebagai insan pendidik, tega membuat layu anak didiknya, menghancurkan masa depannya. Tindakan demikian ini,
semestinya tidak dilakukan oleh siapa pun, apalagi oleh guru sebagai pendidik siswa-siswinya.
Kapolres minta, agar para personel Satgas PPA, dapat berpartisipasi aktif memberikan peran sertanya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban. Pembentukan Satgas PPA, tandas Kapolres, yang telah berjalan selama kurang lebih 4 bulan belakangan ini, itu bukan untuk membentuk lembaga baru di daerah. Namun eksistensinya untuk membantu Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A), dalam menangani masalah perempuan dan anak. Sehingga seluruh hasil pelaksanaan tugasnya di lapangan, akan disampaikan kepada P2TP2A untuk ditindaklanjuti, sesuai dengan tanggung jawabnya selaku satgas.
Perlu diketahui bersama, P2TP2A yang ada di daerah atau di wilayah, itu juga harus menjadi ujung tombak dalam menjangkau, mengidentifikasi, melindungi, dan memberikan pelayanan bagi perempuan dan anak, yang menjadi korban kekerasan, korban eksploitasi, atau menjadi korban perampasan hak-haknya. Termasuk melakukan usaha pemulihan trauma pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
(Humas Polres Wonogiri Polda Jateng)
Exit mobile version